Sobat pembaca setia, keempat verba yang kita bahas kali ini: whisper, murmur, mutter, dan mumble, mempunyai kedekatan makna, karena semuanya merujuk pada cara bebicara dengan pelan/lirih dan sering kali tidak jelas sehingga tidak mudah dipahami. Mari kita bahas satu per satu.
WHISPER
Kata ini juga bisa berfungsi sebagai nomina, yang sering diartikan bisikan. Sebagai verba kata ini sering diartikan berbisik atau membisikkan (sesuatu). Kamus online Cambridge Dictionary memberikan definisi ini: ‘to speak very quietly, using the breath but not the voice, so that only the person close to you can hear you‘ – berbicara dengan pelan (hampir tidak bersuara) menggunakan nafas, bukan suara, sehingga hanya orang yang berdekatan dengan Anda dapat mendengar Anda. Jadi, kalau dibandingkan dengan tiga kata lainnya dalam perbandingan ini, volume suara whisper paling rendah, karena pita suara tidak bergetar.
Kata whisper mengisyaratkan intensi, maksud. Jadi, sobat berbicara pelan dengan sengaja, lazimnya karena alasan privasi atau ingin menjaga kerahasiaan dari apa yang disampaikan. Jadi, tujuannya jelas, supaya hanya didengar dan dipahami hanya oleh yang Anda tuju saja.
- She whispered something in his ear. – Dia membisikkan sesuatu di telinganya.
- I whispered ‘I love you’ in her ear so that nobody heard what I said. – Saya membisikkan ‘Aku cinta padamu’ di telinganya supaya tidak seorang pun mendengar apa yang saya katakan.
MUTTER
Sebagaimana kata whisper, kata ini juga bisa berfungsi sebagai nomina. Sebagai verba, kata ini lebih pas diartikan bergumam atau menggumam sembari menggerutu atau bersungut-sungut. Sobat melakukan ini ketika sobat berbicara dengan suara tertahan, akibatnya suara menjadi pelan dan sulit dipahami oleh orang, bahkan oleh orang yang berada di dekat Anda. Di sinilah letak perbedaan antara kata ini dengan whisper. Anda berbisik (whisper) kepada orang yang Anda tuju. Mutter tidak demikian. Mereka mendengar suara sobat, tetapi tidak paham yang Anda katakan. Jadi, sebenarnya sobat ingin sekali mengeluarkan suara keras tetapi karena khawatir atau takut kedengaran, sobat kemudian menahannya/menekannya.
Misalnya, dalam sebuah seminar, sobat tidak setuju dengan apa yang dikatakan nara sumber, bahkan sobat berpikir apa yang dikatakan nara sumber itu ide bodoh. Sobat dengan suara tertahan, mengatakan “Apa itu? Ngawur. Ide bodoh.” Sobat ingin mengeluarkan apapun yang ada dalam pikiran Anda, tetapi, karena sobat tidak ingin orang lain mendengarnya, sobat menahannya. Suara tetap keluar, dan beberapa orang yang ada di sekitar Anda mendengarnya, tetapi mereka tidak paham.
Maka, lazimnya kata mutter dipakai dalam konteks mengeluh, kecewa, atau khawatir mengenai sesuatu tetapi Anda mengungkapkannya dengan suara tertahan. Biasanya orang mutter dengan nada marah. Dengan kata lain, kata mutter berkonotasi negatif.
- “What a stupid idea,” she muttered. – “Ide bodoh sekali,” gumamnya (dan menggerutu).
- “How lucky I am to have an idiot as my boss,” I muttered. – “Betapa beruntungnya saya punya seorang bodoh menjadi bos saya,” gumamku (dan bersungut-sungut).
MURMUR
Kata ini mirip dengan kata whisper, dan bisa berfungsi sebagai nomina atau verba. Kata ini juga mengisyaratkan bicara dengan suara pelan. Volume suara murmur sedikit lebih keras dari whisper. Berbeda dengan mutter yang berkonotasi negatif (kecewa, marah), kata murmur tidak selalu demikian, meskipun kata ini juga bisa digunakan dalam konteks mengungkapkan ketidakpuasan tidak secara lantang. Ketika orang melakukan murmur, suara AGAK tertahan (half-surpressed) seperti halnya mutter. Jadi, sobat berusaha mengendalikan volume suara.
Untuk memahami kata ini, bayangkan sobat sedang berada di ruang tamu, membaca koran, dan tiba-tiba adik perempuan sobat masuk dan duduk di samping sobat, mengatakan sesuatu dengan suara lirih/pelan (tetapi lebih keras dari whisper). Dia bilang besok adalah hari ulang tahun ibu dan ingin membelikan hadiah untuk ibu. Dia ingin ini menjadi kejutan. Itulah sebabnya dia becara pelan supaya tidak didengar siapapun.
Lazimnya, verba murmur dipahami dalam kaitannya dengan banyak orang. Bayangkan sobat mendengar suara orang bicara di kerumunan. Kita mendengar mereka bicara samar-samar tidak jelas apa yang diomongkan, seolah mereka berbicara di kejauhan. Ketika banyak orang menggosipkan seseorang dengan suara pelan, juga ketika banyak orang mengeluhkan sesuatu (misalnya kebijakan baru, bos yang tidak manusiawi, dan lain-lain) di sekitar Anda, tentu dengan suara pelan dan tidak terang-terangan, kata inilah yang digunakan. Dalam konteks seperti ini, kata murmur bisa diartikan sebagai berkasak-kusuk.
- I knew they were murmuring about the new regulation recently issued by the company regarding dress code. – Saya tahu mereka berkasak-kusuk tentang peraturan baru yang belum lama ini dikeluarkan perusahaan terkait cara berbusana.
- Why are you murmuring? I don’t understand what you’re saying. – Kenapa kamu bicara pelan (dan tidak jelas)? saya tidak paham yang kamu katakan.
MUMBLE
Verba ini juga berarti bicara lirih, tetapi dalam konteks yang berbeda. Kata ini digunakan untuk merujuk pada bicara lirih dan tidak jelas yang diomongkan karena tidak tahu apa yang harus diomongkan. Ini bisa terjadi karena gugup, malu, tidak percaya diri. Dalam kata mumble juga ada unsur bicara diseret mirip orang sedang meracau. Pelafalan atau pengucapan kata tidak tegas sehingga tidak jelas yang dibicarakan. Kata ini juga bisa diartikan bergumam atau berkemam, tetapi tidak dengan nada bicara marah atau kecewa.
Para penutur asli Australian English dewasa kadang-kadang juga tidak sepenuhnya memahami apa yang dikatakan anak-anak muda Australia karena kata-kata yang mereka ucapkan seperti diseret, sehingga antara kata yang satu dengan yang lain tidak jelas jedanya. “They mumble.”
- She mumbled a few words when she left. – Dia menggumamkan beberapa kata (tidak jelas karena suara pelan/lirih dan pengucapannya diseret).
- I don’t understand what they’re saying. They’re mumbling. – Saya tidak paham yang mereka katakan. Mereka berbicara tidak jelas (seperti sedang mengunyah sesuatu di mulut).