Ungkapan ini termasuk dalam kategori idiom, yaitu ungkapan khas yang terdiri dari beberapa kata dan membentuk makna baru yang sama sekali berbeda dengan makna masing-masing kata pembentuknya. Jadi, idiom tersebut tidak bisa dipahami secara harfiah.
Lalu, apa arti idiom di atas? Ilustrasinya begini. Sobat pasti pernah dihadapkan pada dua pilihan yang buruk, tetapi sobat harus memilih. Dua pilihan itu tidak ideal, tetapi mau tidak mau harus memilih. Nah, inilah arti dari idiom the lesser of two evils. Dua pilihan yang sama-sama buruk, dan sobat harus memilih yang akibat atau konsekuensinya lebih ringan.
Apa contohnya? Misalnya, sobat harus memilih antara dua pilihan yang tidak mengenakkan ini: 1) tetap mempertahankan pekerjaan yang tidak Anda sukai, tetapi memberikan pendapatan yang stabil untuk mendukung keluarga, dan 2) berhenti dari pekerjaan yang sekarang dan mengejar karir impian mereka tetapi berisiko mengalami ketidakstabilan keuangan kesulitan untuk keluarga.
Pilihan 1) dapat disebut sebagai ‘the lesser ot two evils” karena konsekuensi atau akibat yang ditimbulkan lebih ringan, dan menjanjikan kestabilan keuangan untuk keluarga, meskipun harus mengorbankan karir impian dan kebahagiaan Anda sendiri (melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak Anda sukai). Berikut adalah beberapa contoh kalimat menggunakan idiom di atas.
- In the election, many voters felt they were voting for the lesser of two evils, as neither candidate truly represented their values. – Dalam pemilihan, banyak pemilih merasa mereka sedang memberikan suara untuk yang terbaik dari yang terburuk karena tidak ada calon yang benar-benar mewakili nilai mereka.
- The professor assigned us a challenging project and an even more challenging final exam, so I decided to tackle the project first, considering it the lesser of two evils. – Dosen menugasi kami suatu projek yang menantang dan ujian akhir yang bahkan lebih menantang, sehingga saya memutuskan untuk mengerjakan projek dulu, menganggapnya yang paling baik dari yang terburuk.
- After hours of debating, the group of friends finally settled on the lesser of two evils – watching a movie they had all seen before, rather than arguing about what to watch. Setelah berdebat berjam-jam, kumpulan kawan itu akhirnya memutuskan memilih yang terbaik dari yang terburuk – menonton film yang seudah mereka tonton sebelumnya, ketimbang berdebat tentang apa yang mau ditonton.