Shout, Yell, Scream: Apa Bedanya?

By | February 1, 2018

Sobat pembaca, kali ini kita akan membahas tiga kata kerja yang mempunyai persilangan makna: shout, yell, dan scream, dan dalam bahasa Indonesia sering diartikan ‘berteriak’. Ketiga kata kerja tersebut sama-sama mengisyaratkan suara keras. Perbedaan pokok di antara ketiga kata kerja tersebut terletak pada intensitas teriakan dan emosi yang ada di belakang kata-kata itu. Urutan intensitas dan emosi kata-kata tersebut adalah: shout – yell – scream.

SHOUT

Kata ini bisa sobat gunakan ketika sobat berbicara lebih keras dari biasanya, karena sobat ingin agar orang yang Anda ajak bicara mendengar suara Anda. Bayangkan ketika sobat ada dalam ruangan penuh dengan orang dan agak gaduh. Supaya suara sobat bisa didengar dengan jelas, dan maksud yang hendak Anda sampaikan kepada lawan bicara bisa dipahami, sobat berbicara lebih keras. Dan tentu, sobat tidak sedang marah ataupun dikuasai emosi tertentu, bukan? Dalam konteks seperti ini lah kata ini digunakan, bukan dua kata lainnya.

Jadi, kata ini bisa bernuansa netral, tanpa emosi apapun di dalamnya. Bayangkan juga ketika lawan bicara sobat berdiri agak jauh, dan supaya suara Anda bisa didengar, sobat berbicara agak keras. Atau ketika sobat melihat seseorang yang tanpa sadar berjalan menuju lubang galian, sobat tentu akan berteriak memperingatkan. Kata inilah yang digunakan. Netral, tak ada emosi.

Kata ini juga bisa dipakai ketika sobat SEDIKIT marah atau gembira dan bersemangat, tetapi masih sangat mampu mengendalikan emosi, dan sobat sama sekali tidak kehilangan kendali diri.

  • The room was crowded and I had to shout so that she could hear me. – Ruangan itu penuh sesak sehingga dia bisa mendengar saya.
  • “Yes, I did it. I did it,” Eka shouted. – “Saya berhasil, saya berhasil,” Eka berteriak (bersuara lebih keras dari biasanya).
  • “Why did you do that?” Victor shouted. – “Kenapa kamu lakukan itu?” Victor berteriak (maksudnya lebih keras dari suara normal)

YELL

Berbeda dengan shout, kata ini selalu mengandung emosi tertentu di dalamnya. Tidak netral. Jadi, sobat tidak bisa menggunakan kata ini tanpa emosi. Maksudnya, sobat tidak memakai kata ini sekedar supaya suara sobat bisa didengar. Untuk contoh kalimat pertama di atas, sobat tidak bisa menggunakan kata ini. The room was crowded and I had to yell so that she could hear me. (X)

Ketika digunakan dengan emosi tertentu, entah marah, gembira, atau kesakitan, intensitas emosinya lebih tinggi daripada shout. Untuk contoh kalimat 2 dan 3 di atas, sobat bisa saja menggunakan kata ini. Lazimnya, kata ini mengisyaratkan kemarahan.

  • Our neighbors yelled at each other. – Tetangga kami saling berteriak satu terhadap yang lain (dalam kemarahan).

SCREAM

Yang khas dari kata ini adalah bahwa scream mengisyaratkan suara paling keras, nada tinggi, dan tentu dengan intensitas emosi paling tinggi, dan kontrol diri semakin kecil. Lazimnya, kata ini digunakan ketika seseorang SANGAT panik, ketakutan, atau gembira. Ketika sobat melihat seekor ular besar tiba-tiba masuk ke dalam rumah, dan sobat ketakutan dan panik, kata yang paling tepat adalah scream, bukan dua kata sebelumnya. Atau ketika seseorang mendapati rumahnya terbakar, dan berteriak-teriak minta tolong.

  • A big snake slithered into his house, and he screamed in panic. – Seekor ular besar melata masuk ke dalam rumahnya dan ia berteriak panik.
  • The woman screamed for help when she arrived only to find her house was on fire. – Perempuan itu berteriak-teriak minta tolong ketika dia tiba dan mendapati rumahnya terbakar.

Berbeda dengan dua kata lainnya, kata ini sering menunjukkan bahwa teriakan yang keluar adalah tindakan refleks atau spontan dan tak sengaja. Semoga membantu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *