Ada satu ungkapan, di antara banyak frasa dan idiom menarik lainnya, yang bisa ditemukan di dalam novel The Swallows karya Lisa Lutz, yaitu throw one’s hat in/into the ring. Kata one’s tentu bisa disesuaikan dengan konteks atau situasi kalimatnya: my, your, his, her, atau their. Beberapa penutur asli menganggap ungkapan ini bukanlah idiom, tetapi yang lain menempatkannya dalam daftar idiom.
Ungkapan throw one’s hat in/into the ring awalnya tidak mempunyai arti figuratif. Frasa tersebut sangat lazim digunakan di dunia tinju dengan makna harafiah sebagaimana diungkapkan frasa tersebut: melemparkan topimu/ku/nya ke dalam ring tinju. Prakti melemparkan topi ke dalam ring tinju sangat lazim dilakukan di awal abad 19 ketika seorang petarung ingin menantang petinju yang memenangkan pertarungan sebelumnya. Setidaknya bukti paling awal praktik melempar topi ke ring tinju tercatat di Harian “The Morning Chronicle” sebuah surat kabar yang berkantor di London tahun 1804.
Lambat laun, penggunaan frasa tersebut, yang awalnya hanya dipakai secara terbatas dalam dunia tinju, kemudian dipakai juga dalam bentuk-bentuk kompetisi lain. Dan saat ini frasa tersebut bahkan mengalami perluasan makna dan digunakan dalam situasi yang tidak ada unsur kompetisinya sama sekali. Ketika kita menerima tantangan (bukan menantang) dalam bentuk apapun, atau kita memutuskan ikut serta dalam suatu aktivitas tertentu, kita ‘melemparkan topi ke dalam ring’.
Ungkapan throw one’s hat in/into the ring muncul di halaman 321 novel “The Swallows”. Pada halaman tersebut ada percakapan antara Adam Westlake, anggota the Editor, gerombolan eksklusif di SMA Stonebridge dan Gemma Russo, anggota kelompok penentang the Editor, yang bergerak dalam senyap secara rahasia.
“I was glad to see you threw your hat into the ring,” Adam said.
“What ring?”
“You know, Gemma.”
“I don’t.”
He whispered: “Dulcinea.”
Yang dimaksud Adam, dia senang melihat Gemma menerima tantangan atau ikut serta dalam aktivitas Dulcinea yang sifatnya kompetitif.
