Stop Phubbing, Will you?

By | June 12, 2018

Pernahkah sobat merasa jengkel ketika teman atau malah kekasih yang sedang bersama-sama dengan sobat lebih memilih sibuk dengan ponsel pintarnya daripada berbincang-bincang dengan sobat? Dan, sebagai akibatnya tidak memperhatikan sobat? Menurut sobat, apakah itu perilaku tak sopan, normal, atau biasa-biasa saja dan bisa ditolerir?

Banyak orang menganggap itu adalah perilaku yang sangat tidak sopan. Bayangkan, jika sobat tengah bercakap-cakap dengan pacar, dan dia lebih tertarik dengan orang yang ada di ponsel pintarnya! Menjengkelkan, bukan? Bahkan, perilaku ini dianggap yang paling tidak sopan! Meskipun tentu ada juga yang melihatnya sebagai sesuatu yang normal di era teknologi.

Dalam bahasa Inggris ada istilah khusus yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku tersebut: phubbing. Kata ini baru muncul tahun 2013 lalu sebagai bagian dari dampak teknologi. Kata ini terbentuk dari kombinasi dua kata, yakni phone dan snubbing. Menurut kamus online Merriam-Webster, kata snub berarti ‘to treat with contempt or neglect‘ – memperlakukan (seseorang) dengan penghinaan atau mengabaikan. Jadi, ketika sobat memilih untuk memperhatikan ponsel pintar daripada teman sobat saat berbincang-bincang, itu adalah betuk penghinaan.

Phubbing memang seringkali dituduh sebagai biang keladi rusaknya hubungan sosial. Relasi pertemanan bisa rusak karena ini. Demikian juga dengan relasi percintaan sepasang kekasih bisa hancur berantakan gara-gara perilaku phubbing.

Prihatin dengan fenomena sosial semacam itu, seorang Australia berusia 23 tahun bernama Alex Haigh melakukan kampanye anti-phubbing di Melbourne, Australia pada tahun 2013 lalu. Inisiatifnya ini didukung oleh sebuah perusahaan iklan setempat. Kampanye ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan sempat menjadi viral. Dan dari kampanya itulah istilah ini menjadi populer.

Alex Haigh secara khusus menyiapkan website untuk kampanya itu. Siapapun yang tertarik untuk terlibat dalam kampanye tersebut bisa mengunduh poster anti-phubbing dari website tersebut dan menempelkannya di restoran atau lokasi lain yang sobat anggap sebagai  tempat phubbing bisa terjadi. Tampaknya, kampanye yang dia lakukan tersebut telah merembet ke banyak negara lain.

So, what do you think about phubbing?

Author: Noeg

English teacher, blogger, translator, workshop facilitator, writing addict, and photography enthusiast, living in Yogyakarta. I teach, I write, therefore I am.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *