Deceit vs Deception: Apa Bedanya?

By | March 7, 2020

Sobat pembaca, dua nomina yang kita bahas kali ini – deceit dan deception – sama-sama diartikan tipu daya atau penipuan dalam bahasa Indonesia. Kamus online Merriam Webster memberikan definisi yang persis sama untuk dua nomina ini. Memang, dalam banyak konteks, keduanya bisa dipertukarkan, meskipun secara umum bagi penutur asli kata deceit mempunyai konotasi lebih buruk/jahat daripada deception.

Tetapi, perlu dicatat bahwa dalam konteks tertentu hanya salah satu yang bisa dipakai. Sebagai patokan, untuk jenis tipuan yang didorong oleh maksud tidak baik, keduanya bisa dipakai, sementara untuk jenis tipuan yang tidak ada maksud buruk di dalamnya (misalnya sulap, atau perubahan warna pada bunglon) hanya kata deception yang boleh dipakai. Mari kita bahas masing-masing kata.

DECEPTION

Kamus online Merriam Webster mendefinisikan nomina ini sebagai,”The act of causing someone to accept as true or valid what is false or invalid – tindakan menyebabkan/membuat seseorang menganggap benar atau sah atas sesuatu yang sebenarnya salah atau tidak sah.” Dengan kata lain, yang dimaksud deception adalah tindakan menipu dengan cara menyembunyikan hal yang sebenarnya.

Bagi penutur asli, kata ini mempunyai pengertian yang lebih luas daripada kata deceit. Kata ini merujuk pada segala bentuk penipuan, baik yang didorong oleh maksud tidak baik maupun yang tidak mengandung intensi jahat (artinya, netral). Kalau sobat melakukan penggelembungan jumlah pengeluaran dalam laporan keuangan, dan dengan cara itu mendapatkan keuntungan, tindakan ini disebut deception. Menipu dengan intensi jahat.

Di sisi lain, seorang tentara yang melakukan kamuflase supaya tidak terlihat musuh itu disebut deception juga. Dalam hal ini, tindakan ini tidak ada intensi jahat/kriminal. Contoh lain, pesulap. Dalam pertunjukan, pesulap melakukan trik sulap untuk mengelabui/menipu penonton. Tindakan ini juga disebut deception, tanpa maksud jahat. Bunglon juga melakukan kamlufase, yang termasuk dalam deception. Begitu juga gambar ilusi. Coba perhatikan contoh-contoh berikut ini:

  • The Potoo of tropical Central and South America is a master of deception. They deceive other animals by pretending to be trees. – Burung Potoo dari daerah tropis Amerika Tengah dan Selatan adalah ahlinya tipu muslihat. Mereka mengelabui binatang lain dengan berpura-pura menjadi pohon. Dalam konteks ini, kata deception digunakan dalam situasi netral, tidak ada intensi kriminal di dalamnya.
  • It was an innocent deception meant as a joke. – Itu tipuan murni (tanpa ada maksud apa-apa) yang dimaksudkan sebagai candaan saja. Dalam konteks ini, kata deception di sini mempunyai pengertian netral, dan tidak ada intensi jahat di dalamnya.
  • He was jailed for two years for deception. – Ia dipenjara dua tahun karena penipuan. Dilihat dari konteks kalimatnya, kata deception di sini mengandung unsur kejahatan.

DECEIT

Bagaimana dengan kata deceit? Kamus online Merriam Webster memberikan definisi yang persis sama, yakni,”The act of causing someone to accept as true or valid what is false or invalid – tindakan menyebabkan/membuat seseorang menganggap benar atau sah atas sesuatu yang sebenarnya salah atau tidak sah.”

Kata ini lazimnya dipakai oleh penutur asli untuk menggambarkan penipuan sebagai tindak kejahatan, penipuan yang didorong oleh maksud jahat atau kriminal. Untuk jenis penipuan yang tidak didorong oleh maksud jahat, kata ini TIDAK bisa digunakan.

Maka, untuk kalimat pertama dan kedua dalam penjelasan tentang kata deception di atas, kata deception TIDAK BISA digantikan oleh deceit:

  • The Potoo of tropical Central and South America is a master of deceit (X). They deceive other animals by pretending to be trees.
  • It was an innocent deceit meant as a joke (X).

Tetapi, kata deception dalam kalimat ketiga BISA digantikan oleh kata deceit:

  • He was jailed for two years for deceit. Kata deceit bisa menggantikan deception, karena konteks kalimat jelas mengisyaratkan adanya unsur kejahatan.

Semoga membantu.

Author: Noeg

English teacher, blogger, translator, workshop facilitator, writing addict, and photography enthusiast, living in Yogyakarta. I teach, I write, therefore I am.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *