Catfish memang nama ikan. Tepatnya ikan lele, si ikan berkumis. Tetapi, kata yang sama ini juga merujuk pada seseorang yang dengan sengaja membuat profil palsu di media sosial, dengan tujuan mengelabuhi dan kemudian menipu orang yang sedang mencari/berburu “cinta dan kasih sayang” 🤭 secara online. Tindakan tipu-tipunya disebut CATFISHING. Biasanya untuk mendapatkan uang dari korban.
Istilah catfishing termasuk dalam kategori slang. Kata ini termasuk baru, mulai digunakan kira-kira tahun 2010 an. Meskipun demikian, kata ini sudah masuk dalam daftar kata kamus-kamus besar. Kamus online Cambridge Dictionary, misalnya, juga sudah memasukkan kata ini ke dalam kamusnya. Lalu kenapa aksi tipu-tipu di media sosial ini disebut CATFISHING? Apa hubungannya dengan ikan berkumis, yang kata orang nikmat dimasak mangut itu?
Istilah ini populer setelah ada acara televisi Amerika terkenal “Catfish” yang diproduseri dan dipandu oleh Nev Schulman. Acara ini berisi pengalaman-pengalaman orang korban tipu-tipu “ikan lele” online itu. Waktu belum terkenal, Nev Schulman itu juga korban catfishing. Dia pernah berhubungan secara online dengan perempuan yang mengaku bernama Megan, yang sebenarnya tidak ada.
Yang mengaku Megan itu seorang perempuan 40 tahun bernama Angela, perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak. Menurut cerita, Nev Schulman ini mencari tahu dan menelusuri jejak Angela sampai ke Michigan, dan ketemu suami Angela (meskipun beberapa orang memang agak skeptis dengan kisah itu). Dalam pertemuan dengan suami Angela itu, si suami bercerita tentang codfish (ikan kod – penghasil minyak ikan), yang ketika dikirim dari Alaska ke China harus dipasangkan dengan catfish, untuk membuat ikan kod tetap aktif sehingga dagingnya tetap segar saat tiba di China. Menurut si suami, Angela itu catfish nya si Nev, karena mampu membuat hidup Nev menjadi (setidaknya untuk sementara) lebih hidup dan menarik.
Kalau saya pribadi sih lebih suka istilah yang dipakai bukan catfishing, karena kurang garang. Lebih cocok CROCODILING alias mboyo.