Apa itu whataboutism? Sobat pasti sudah pernah mendengar frasa what about, sebuah frasa yang sering digunakan untuk menawarkan alternatif pilihan atau memberi saran. Misalnya, What about a cup of coffee? What about going to the zoo? Ini adalah cara yang lazim untuk memberikan tawaran atau saran.
Tetapi, frasa what about ini juga sering digunakan untuk mengalihkan topik pembicaraan dengan tujuan menghindari kritikan atau tuduhan yang dialamatkan kepada seseorang. Contohnya begini. Suatu hari sobat dan orang tetangga menghentikan seorang remaja pesepeda motor yang masuk area pemukiman karena sepeda motor tersebut menggunakan knalpot “blombong”, knalpot customized yang mengeluarkan suara keras yang memekakkan telinga dan membuat polusi suara itu.
Berusaha menghindar dari tuduhan dan kritikan terhadap suara knalpot yang tidak bersahabat dengan telinga orang normal itu, si remaja merespon begini,”Bagaimana dengan (what about) bentor (becak bermotor) yang knalpotnya juga mengeluarkan suara keras?” – “What about those motorized pedicabs with loud unfiltered exhausts?” Dengan pertanyaan itu, si remaja berusaha mengalihkan topik pembicaraan, mengelak dari tuduhan, menghindari kritikan dengan mengangkat isu serupa yang sebenarnya tidak berkaitan. Karena lazimnya menggunakan frasa what about, upaya atgau strategi menghindari tudahan atau kritikan ini biasa disebut whataboutsim.
Whataboutism sering dianggap sebagai suatu cacat logika dan retorika. Dan ini adalah strategi yang dipakai orang entah dalam debat atau situasi ketika seseorang tersudut dan ingin keluar dari situasi tidak mengenakkan itu. Lawan bicara harus waspada dengan whataboutism, dan tetap harus menjaga agar pembicaraan tetap berada di jalur yang benar dan tidak melenceng dari yang seharusnya.